Pameo yang mengatakan wanita sebagai
insan lemah dan harus selalu dilindungi tidak selamanya benar. Itu
dibuktikan oleh Cut Nyak Meutia, wanita asal Nangroe Aceh Darussalam,
yang terus berjuang melawan Belanda hingga tewas diterjang tiga peluru
di tubuhnya.
Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun
1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik
darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada
kolonial.
Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan
Belanda sudah menduduki daerah Aceh yang digelari serambi Mekkah
tersebut. Perlakuan Belanda yang semena-mena dengan berbagai pemaksaan
dan penyiksaan akhirnya menimbulkan perlawanan dari rakyat. Tiga tahun
sebelum perang Aceh-Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia
dilahirkan. Suasana perang pada saat kelahiran dan perkembangannya itu,
di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya.
Ketika sudah beranjak dewasa, dia
menikah dengan Teuku Muhammad, seorang pejuang yang lebih terkenal
dengan nama Teuku Cik Tunong. Walaupun ketika masih kecil ia sudah
ditunangkan dengan seorang pria bernama Teuku Syam Syarif, tetapi ia
memilih menikah dengan Teuku Muhammad, pria yang sangat dicintainya.
Perang terhadap pendudukan Belanda terus
berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak Meutia bersama suaminya
Teuku Cik Tunon langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang yang
berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik
dari pihak pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.
Pasukan Belanda yang mempunyai
persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang
dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik perang gerilya.
Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda.
Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan
Belanda di Idie.
Sudah banyak kerugian pemerintahan
Belanda baik berupa pasukan yang tewas maupun materi diakibatkan
perlawanan pasukan Cut Nyak Meutia. Karenanya, melalui pihak keluarga
Meutia sendiri, Belanda selalu berusaha membujuknya agar menyerahkan
diri. Namun Cut Nyak Meutia tidak pernah tunduk terhadap bujukan yang
terkesan memaksa tersebut.
Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia
terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya.
Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap
pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak.
Berselang beberapa lama setelah kematian
suaminya, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang
ditunjuk dan dipesan suami pertamanya sebelum menjalani hukuman tembak.
Pang Nangru adalah teman akrab dan kepercayaan suami pertamanya, Teuku
Cik Tunong. Bersama suami keduanya itu, Cut Nyak Meutia terus
melanjutkan perjuangan melawan pendudukan Belanda.
Di lain pihak, pengepungan pasukan
Belanda pun semakin hari semakin mengetat yang mengakibatkan basis
pertahanan mereka semakin menyempit. Pasukan Cut Meutia semakin tertekan
mundur, masuk lebih jauh ke pedalaman rimba Pasai.
Di samping itu, mereka pun terpaksa
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyiasati
pencari jejak pasukan Belanda. Namun pada satu pertempuran di Paya Cicem
pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru juga tewas di tangan
pasukan Belanda. Sementara Cut Nyak Meutia sendiri masih dapat
meloloskan diri.
Kematian Pang Nangru membuat beberapa
orang teman Pang Nangru akhirnya menyerahkan diri. Sedangkan Meutia
walaupun dibujuk untuk menyerah namun tetap tidak bersedia. Di pedalaman
rimba Pasai, dia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabil,
yang masih berumur sebelas tahun untuk menghindari pengejaran pasukan
Belanda.
Tapi pengejaran pasukan Belanda yang
sangat intensif membuatnya tidak bisa menghindar lagi. Rahasia tempat
persembunyiannya terbongkar. Dalam suatu pengepungan yang rapi dan ketat
pada tanggal 24 Oktober 1910, dia berhasil ditemukan.
Walaupun pasukan Belanda bersenjata api
lengkap tapi itu tidak membuat hatinya kecut. Dengan sebilah rencong di
tangan, dia tetap melakukan perlawanan. Namun tiga orang tentara Belanda
yang dekat dengannya melepaskan tembakan. Dia pun gugur setelah sebuah
peluru mengenai kepala dan dua buah lainnya mengenai dadanya.
Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang
pembela bangsa. Atas jasa dan pengorbanannya, oleh negara namanya
dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK
Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.
Posting Komentar